Tawanan Benteng Lapis Tujuh - Novel Biografi Ibnu Sina
Penulis: Husayn Fattahi
Terbitan: Zaman
Harga: RM27.00
Buku ini menghuraikan jejak perjalanan hidup doktor-filosof muslim terkemuka, Ibnu Sina (908–1037), sejak masa kecil di Bukhara hingga ia bersentuhan dengan penguasa, dan hidup dari istana ke istana sebagai doktor pribadi sultan. Sebagaimana harga yang mesti dibayar oleh cendekiawan yang menceburkan diri ke dalam kubangan kekuasaan, Ibnu Sina berhadapan dengan siasat jahat, tipu-daya, dendam kesumat akibat kedengkian para pembesar istana lantaran perhatian khusus yang diperolehnya dari sultan.
Bermusim-musim ia hidup dalam kejaran Mahmud Ghaznawi, penguasa Turki yang menjanjikan hadiah 5,000 keping emas bagi yang berhasil membekuk as-syaikh ar-rais itu hidup-hidup. Dari istana Ibnu al-Ma’mun (Gurganj) ia menentang terjangan badai di sahara Khawaran. Abu Sahl, sejawat karibnya tewas, hingga ia menggelandang seorang diri.
Lepas dari sebuah kesulitan, Ibnu Sina dihadapkan pada intrik-intrik politik yang jauh lebih menyakitkan. Saat menjabat sebagai perdana menteri di pemerintahan Syams ad-Daulah (Hamdan), ia nyaris terbunuh lantaran kebijakannya dianggap tidak berpihak pada angkatan bersenjata, dan pada masa kekuasaan Ala ad-Daulah, ia harus mendekam di penjara berlapis tujuh. Namun, dalam kekalutan dan ketidaknyamanan itulah Ibnu Sina melahirkan magnum opus Al-Qânûn fî at-Thibb dan As-Syifâ’ yang telah menggemparkan khazanah keilmuan—khususnya kedokteran—di seluruh belahan dunia.
Penulis: Husayn Fattahi
Terbitan: Zaman
Harga: RM27.00
Buku ini menghuraikan jejak perjalanan hidup doktor-filosof muslim terkemuka, Ibnu Sina (908–1037), sejak masa kecil di Bukhara hingga ia bersentuhan dengan penguasa, dan hidup dari istana ke istana sebagai doktor pribadi sultan. Sebagaimana harga yang mesti dibayar oleh cendekiawan yang menceburkan diri ke dalam kubangan kekuasaan, Ibnu Sina berhadapan dengan siasat jahat, tipu-daya, dendam kesumat akibat kedengkian para pembesar istana lantaran perhatian khusus yang diperolehnya dari sultan.
Bermusim-musim ia hidup dalam kejaran Mahmud Ghaznawi, penguasa Turki yang menjanjikan hadiah 5,000 keping emas bagi yang berhasil membekuk as-syaikh ar-rais itu hidup-hidup. Dari istana Ibnu al-Ma’mun (Gurganj) ia menentang terjangan badai di sahara Khawaran. Abu Sahl, sejawat karibnya tewas, hingga ia menggelandang seorang diri.
Lepas dari sebuah kesulitan, Ibnu Sina dihadapkan pada intrik-intrik politik yang jauh lebih menyakitkan. Saat menjabat sebagai perdana menteri di pemerintahan Syams ad-Daulah (Hamdan), ia nyaris terbunuh lantaran kebijakannya dianggap tidak berpihak pada angkatan bersenjata, dan pada masa kekuasaan Ala ad-Daulah, ia harus mendekam di penjara berlapis tujuh. Namun, dalam kekalutan dan ketidaknyamanan itulah Ibnu Sina melahirkan magnum opus Al-Qânûn fî at-Thibb dan As-Syifâ’ yang telah menggemparkan khazanah keilmuan—khususnya kedokteran—di seluruh belahan dunia.
No comments:
Post a Comment